Kalian para komikus masih bingung bagaimana ingin
memperkenalkan karya-karya kalian? Jangan khawatir, karena sekarang ada
jalannya yang lebih mudah. Banyak para komikus muda dan yang masih baru merasa
bingung harus ke mana menyalurkan komik-komik karya mereka. Untuk mengetahui
bagaimana caranya, kita coba lihat bagaimana cara para komikus muda dari
Jepang.
Di Jepang banyak sekali komikus muda yang mencoba meraih
tempat di hati para pecinta komik. Mereka berlomba-lomba untuk membuat komik
sebagus mungkin. Namun setelah komik itu selesai, mulai timbul masalah
bagaimana cara menyebarkannya.
Cara yang paling sering digunakan oleh para komikus yang
masih baru, mereka mengirimkan naskah mereka kepada penerbit majalah komik.
Seperti Shonen Jump atau Ribon sebagai contohnya. Dari dua majalah itu telah
banyak melahirkan komikus-komikus handal seperti yang kita kenal sekarang.
Mungkin kalian kenal dengan komik Dragon Ball dan Naruto, bukan? Yup, kedua
komik itu juga mengawali perjalanannya dari majalah komik Shonen Jump.
Dengan adanya sarana majalah komik seperti itu, bisa menjadi
batu loncatan bagi para komikus baru. Dari sana mereka bisa saling berkompetisi
dengan komikus lainnya untuk menciptakan komik dengan cerita yang berkualitas.
Bagi para pembaca dengan adanya majalah komik juga tidak dibingungkan dengan
susahnya mencari genre komik yang mereka gemari.
Karena setiap majalah komik di Jepang mempunyai sasaran
pembaca masing-masing. Seperti Shonen Jump, merupakan majalah yang memfokuskan
pembaca muda pria. Sehingga komik-komik yang ada di dalam majalah tersebut
menyuguhkan cerita petualangan, action dan juga olahraga. Seperti halnya dengan
Ribon yang mengarah ke pembaca muda perempuan, komik-komik yang disuguhkan
rata-rata mengangkut cerita percintaan.
Untuk bisa meningkatkan dunia perkomikan di Indonesia
langkah ini perlu dilakukan. Karena dengan cara seperti ini adalah cara paling
efektif bagi para komikus untuk memperkenalkan karya mereka. Bagi para pembaca
dapatmengirmkan respon kepada majalah tentang komik yang diterbitkan, selain
itu juga bisa menjadi penilaian apakah komik tersebut layak untuk diikuti atau
tidak.
Di Indonesia sendiri mungkin majalah komik seperti ini masih
jarang dan belum dikenal. Selain itu, mungkin karena kurangnya dukungan dari
beberapa pihak banyak majalah komik yang ada di Indonesia tidak bisa berlanjut
hingga sekarang. Misalnya seperti majalah Komikka yang hanya terbit sampai
edisi ke-6. Lalu ada majalah Komikland yang hanya bertahan sampai edisi ke-7.
Namun sekarang banyak para komikus baru saling berkolaborasi
untuk membuat komik dan menyatukannya dalam majalah-majalah komik secara
independen. Yang biasa disebut majalah komik indi. Namun banyak juga dari majalah tersebut yang
tidak berlanjut. Mungkin dikarenakan cerita dari komik tersebut yang tidak bisa
diterbitkan secara konsisten.
Semoga saja dengan semakin banyaknya para komikus baru yang
muncul bisa menggerakkan para penerbit buku atau majalah, untuk menerbitkan
majalah komik untuk para komikus muda Indonesia. Sehingga majalah tersebut bisa
dikelola dengan lebih serius dan dapat berkembang sebagaimana mestinya menjadi
batu loncatan bagi para komikus baru Indonesia.
0 komentar:
Post a Comment